DANAU DENDAM TAK SUDAH
Indonesia terkenal dengan bermacam-macam tumbuhan bunga, seperti raflesia arnoldi yang banyak terdapat di Bengkulu. Selain raflesia arnoldi, di Bengkulu juga banyak tumbuh anggrek pensil atau vanda hookeriana yang biasa disebut anggrek vanda. Sayangnya, tanaman yang hanya tumbuh di Danau Dendam Tak Sudah, Bengkulu itu terancam punah menyusul maraknya perambahan hutan di lokasi tersebut. Hal itu dikemukakan Kepala Resor Sub Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Bengkulu Usuluddin, baru-baru ini.
Menurut Usuluddin, biasanya anggrek vanda hidup menempel pada tanaman bakung atau crinum asiaticum. Konon, Gubernur Hindia Belanda, pada 1936, telah mengukuhkan kawasan Danau Dendam Tak Sudah menjadi kawasan cagar alam. Hal itu dilakukan untuk melindungi habitat langka yang ada. Saat itu, ungkap Usuluddin, kawasan tersebut hanya seluas 11,5 hektare. Namun, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 602 Tahun 1992, kawasan tersebut diperluas menjadi 577 hektare.
Sayangnya, tambah Usuluddin, kini habitat anggrek vanda semakin rusak lantaran terdesak tanaman bakung. Malah, menurut hasil pengamatan Sub BSDA setempat, anggrek vanda telah sulit ditemukan. Selain itu, perambahan hutan yang juga menjadi faktor penyebab punahnya tanaman langka tersebut. Terlebih, kini, ada 200 kepala keluarga yang membuka lahan di areal cagar alam itu untuk pertanian dan pemukiman. Padahal, BKSDA setempat berulangkali meminta perambah segera meninggalkan lokasi tersebut melalui program transmigrasi. Namun, upaya tersebut gagal. Bahkan, berkembang berita sejumlah pejabat di Bengkulu juga memiliki lahan di kawasan hutan lindung itu. (Liputan 6 SCTV)
Indonesia terkenal dengan bermacam-macam tumbuhan bunga, seperti raflesia arnoldi yang banyak terdapat di Bengkulu. Selain raflesia arnoldi, di Bengkulu juga banyak tumbuh anggrek pensil atau vanda hookeriana yang biasa disebut anggrek vanda. Sayangnya, tanaman yang hanya tumbuh di Danau Dendam Tak Sudah, Bengkulu itu terancam punah menyusul maraknya perambahan hutan di lokasi tersebut. Hal itu dikemukakan Kepala Resor Sub Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Bengkulu Usuluddin, baru-baru ini.
Menurut Usuluddin, biasanya anggrek vanda hidup menempel pada tanaman bakung atau crinum asiaticum. Konon, Gubernur Hindia Belanda, pada 1936, telah mengukuhkan kawasan Danau Dendam Tak Sudah menjadi kawasan cagar alam. Hal itu dilakukan untuk melindungi habitat langka yang ada. Saat itu, ungkap Usuluddin, kawasan tersebut hanya seluas 11,5 hektare. Namun, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 602 Tahun 1992, kawasan tersebut diperluas menjadi 577 hektare.
Sayangnya, tambah Usuluddin, kini habitat anggrek vanda semakin rusak lantaran terdesak tanaman bakung. Malah, menurut hasil pengamatan Sub BSDA setempat, anggrek vanda telah sulit ditemukan. Selain itu, perambahan hutan yang juga menjadi faktor penyebab punahnya tanaman langka tersebut. Terlebih, kini, ada 200 kepala keluarga yang membuka lahan di areal cagar alam itu untuk pertanian dan pemukiman. Padahal, BKSDA setempat berulangkali meminta perambah segera meninggalkan lokasi tersebut melalui program transmigrasi. Namun, upaya tersebut gagal. Bahkan, berkembang berita sejumlah pejabat di Bengkulu juga memiliki lahan di kawasan hutan lindung itu. (Liputan 6 SCTV)
0 comments:
Komentar baru tidak diizinkan.